Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Fenomena Déjà Vu dan Penyebabnya

 Otak  merupakan organ tubuh manusia yang sampai saat ini masih menyisakan banyak misteri yang belum sepenuhnya terungkap. Arti dari beberapa fenomena yang terjadi diotak memang mampu diungkap dalam sejumlah penelitian, namun berasal dari mana fenomena tersebut dan mengapa bisa terjadi masih menjadi tanda tanya besar. Otak atau pikiran manusia bisa mengingat berbagai banyak hal yang pernah dialami, mulai dari peristiwa yang baru terjadi hingga masa lampau. Meski secara keseluruhan tak bisa diingat, namun momen-momen tertentu yang membekas kuat menjadi susah untuk dilupakan. Fenomena-fenomena tersebut rupanya punya banyak istilah. Bahkan, hal itu dianggap merupakan fenomena aneh yang kerap dialami pada setiap otak atau pikiran manusia. Salah satu fenomen yang tidak asing dibicarakan dimasyarakat adalah Deja Vu, beberapa orang mengaku pernah merasakan fenomena aneh tersebut.

Fenomena Déjà Vu

Pernahkah kamu berada disuatu tempat yang baru kamu kunjungi atau mendapat kejadian yang baru kamu alami?,, namun kamu merasa sedikit aneh kerna seolah-olah kamu pernah ada di tempat tersebut sebelumnya dan kamu tidak asing dengan suasananya. Fenomena ini sering disebut dengan deja vu. Hal ini dinmakan sebagai fenomena Deja Vu.

Tidak sedikit orang yang pernah punya pengalaman yang serupa, namun sebenarnya apa yang dimaksud dengan deja vu?



Pengertian Déjà Vu


Dejavu atau déjà vu adalah suatu keadaan di mana Anda merasa tak asing dengan kondisi sekitar Anda, seolah-olah sebelumnya pernah Anda alami dimasa lampau dengan keadaan yang persis sama. Padahal Anda baru pertama kali mengalaminya.


Secara etimologi, Déjà vu berasal dari bahasa Prancis yang mempunyai arti "pernah melihat". Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh seorang filsuf sekaligus psikolog asal Prancis bernama Émile Boirac pada tahun 1876. Fenomena ini cukup rumit dijelaskan sehingga memancing beberapa para ahli untuk mencoba mungungkapnya. Sigmund Freud mengatakan bahwa dejavu berhubungan dengan angan-angan terpendam seseorang. Sedangkan Carl Jung mengidentifikasinya sebagai sesuatu yang terkait dengan aktivitas alam bawah sadar manusia.


Perasaan ini berlangsung sekitar 10 sampai 30 detik dan seringkali dikaitkan dengan hal-hal mistis. Orang-orang dengan usia muda lebih rentan mengalami dejavu. Namun pengalaman ini biasanya mulai berkurang setelah seseorang mencapai usia di atas 25 tahun.



Penelitian Déjà Vu


Anne Cleary, psikolog kognitif asal Amerika Serikat bersama rekannya Alexander Claxton melakukan penelitian yang menitik beratkan pada firasat palsu yang sering dihubungkan dengan déjà vu. Mereka mengambil kesimpulan bahwa serangkaian program dalam otak yang menyebabkan seseorang mengalami déjà vu. Disisi lain, sangat sulit untuk menilai bagaimana kerja otak untuk menghasilkan kejadian déjà vu.


Meski belum dapat dibuktikan dengan akurat  penilaian objektif secara medis, namun terdapat sejumlah teori yang mengatakan bahwa ada hubungan antara psikologi dan neurologi untuk menimbulkan dejavu.


Seseorang sering mengumpulkan dan menyimpan data kejadian kedalam ingatan dengan tujuan agar bisa memprediksi. Tak heran ada saat, dimana seseorang secara otomatis merasa mampu memprediksi apa yang akan berlangsung dengan mengaitkan kejadian masa lalu yang sama persis. Fenomena déjà vu tak lebih hanyalah ilusi otak yang membuat seseorang berpikir bahwa ingatan sebelumnya dapat dijadikan acuan memprediksi masa depan atau sesuatu yang akan terjadi selanjutnya. Bagaimanapun, kondisi ini sebetulnya hanyalah firasat palsu.


Penelitianpun dilakukan oleh dua ilmuwan tersebut untuk membuktikan penilainnya tersebut dengan melibatkan 298 orang. Penelitian menujukkan bahwa ketika partisipan mengalami dejavu dan melaporkan perasaan yang kuat bahwa mereka dapat memprediksi apa yang dapat terjadi berikutnya, kejadian ini berhubungan kuat dengan fenomena postdiction. Cleary dan para peneliti lainnya menyimpulkan, bahwa hal ini merupakan kepercayaan salah yang disebabkan oleh perasaan familiar, kita sering mengaitkannya dengan déjà vu.


Berdasarkan sejumlah penelitian yang diadakan untuk memahami lebih jauh tentang déjà vu, kondisi ini lebih rentan dialami oleh anak muda dan frekuensi kejadiannya akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia.



Teori terjadinya Déjà Vu


Sulit dicari penjelasan valid terkait penyebab terjadinya déjà vu karena sulitnya melakukan studi tentangnys. Peneliti hanya bisa berpegang pada pengalaman dejavu seseorang yang bersifat retrospektif sehingga sulit mencari stimulus yang memicunya.


Namun ada beberapa teori yang mungkin bisa menjawab mengapa seseorang mengalami fenomena ini.


1. Teori Slip Perception


Pada teori split perception, dejavu dialami seseorang saat melihat hal yang sama dengan dua waktu yang berbeda. Ketika seseorang melihat sesuatu untuk pertama kalinya, ada kemungkinan saat itu perhatiannya sedang teralihkan oleh hal lain. Karena otak hanya merekam secara singkat atas sesuatu yang dilihat kedalam ingatan. Akibatnya dibutuhkan juga waktu lebih lama untuk mengingat kembali karena terbatasnya informasi dari pandangan yang tidak lengkap.


seperti sebuah puzzle, gambarnya lebih cepat dilihat kalau kepingannya utuh, karena tidak ada bagian yang hilang. Sedangkan saat kepingannya tidak utuh kamu butuh waktu lebih lama untuk menebak sisa kepingannya dan menentukan gambarnya secara utuh. Fenomena deja vu merupakan hal yang normal. Hal tersebut merupakan aktivitas otak manusia yang selalu distimulus agar kinerja otak bekerja maksimal.


2. Temporal Lobe Seizure


Fenimena dejavu juga sering dialami oleh seseorang yang mengidap epilepsi sebelum mengalami gejala kejang-kejang. Kejang-kejang ini biasa disebut temporal lobe seizure. Penyebab temporal lobe seizure terkadang sukar diprediksi. Namun trauma pada otak, infeksi, stroke, tumor otak, hingga faktor genetik dapat menyebabkan temporal lobe seizure.


Saat hal itu terjadi, penderita temporal lobe seizure akan mengalami penurunan kemampuan untuk merespons lingkungan sekitar hingga melakukan aktivits berulang untuk hal yang sama. Sebelum serangan ini datang, biasanya penderita temporal lobe seizure akan mengalami sensasi aneh seperti merasakan takut yang tidak beralasan, halusinasi, dan dejavu.


3. Malfungsi sirkuit otak


Dejavu juga bisa disebabkan oleh gangguan sirkulasi otak atau minor brain circuit malfunctions. Otak kita punya dua tempat untuk menyimpan memori, yaitu memori jangka pendek dan jangka panjang. Dejavu terjadi karna ada kesalahan ketika otak merespons kejadian yang baru saja berlangsung.


Ketika otak mencerna keadaan yang sedang terjadi seharusnya apa disimpan dimemori jangka pendek. Namun langsung dibawa ke bagian otak yeng menampung memori jangka panjang. Saat kejadian tersebut berulang, kamu merasa hal itu terjadi di masa lampau. Padahal, kamu baru saja merasakannya beberapa menit yang lalu.


4. Kerja Rhinal Cortex


Bagian yang disebut rhinal cortex di otak kita berfungsi untuk mendeteksi rasa "tidak asing". Bagian ini mungkin saja teraktivasi tanpa memicu kerja hipokampus (bagian otak yang berfungsi sebagai memori). Ini dapat mengungkap kenapa saat dejavu terjadi, seseorang tidak mampu mengingat persis kapan dan di mana pengalaman yang sama tersebut pernah dirasakan.


5. Teori Memory Recall


Lewat Penelitiannya, Cleary menunjukkan bahwa terjadinya dejavu juga terkait dengan kemampuan memproses dan menyimpan ingatan yang dimilki seseorang. Dalam penelitiannya, dejavu terjadi sebagai respons atas suatu peristiwa yang sama persis dengan yang pernah alami sebelumnya tetapi tidak mengingatnya.



Jenis-jenis Déjà Vu


Seorang ilmuwan asal Swiss bernama Arthur Funkhouser mengatakan, dejavu terbagi menjadi dua jenis berdasarkan peristiwa yang dialami.

Fenomena Déjà Vu


  • Déjà Visite (pernah berkunjung), perasaan seolah pernah berkungjung sebelumnya. Contohnya, saat seseorang datang disebuah tempat dan merasa tak asing dengan kondisi tempat tersebut, maka orang itu sedang mengalami déjàvisite.


  • Déjà Vecu (pernah dialami), perasaan seolah pernah mengalami sebelumnya. Misalnya, saat seseorang sedang berdiskusi tentang sebuah film fiksi terbaik bersama teman dan tiba-tiba orang itu merasa sudah pernah membicarakan hal ini sebelumnya.


Selain déjà visite dan déjà vecu, ternyata terdapat tiga fenomena lain yang cukup jarang dibahas namun mirip seperti dejavu. 

  1. “deja entendu” (pernah didengar), perasaan seolah pernah mendengar sesuatu sebelumnya.
  2. “Jamais Vu” (Tidak pernah dilihat), sebuah perasaan sangat asing ketika melihat sesuatu secara tiba-tiba.
  3. “Presque Vu” (hampir terlihat), sebuah perasaan yang muncul di tengah-tengah pencerahan dan realisasi.



Pada intinya, dejavu merupakan fenomena yang sesekali mungkin akan dialami seseorang yang seharusnya tak perlu khawatirkan. Walaupun déjà vu masih belum bisa dipastikan kaitannya dengan kerja otak, namun jika memiliki gangguan saraf lain yang menyertai, sangat disarankan untuk segera periksakan diri ke dokter spesialis saraf sehingga dapat dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan diberikan penanganan yang tepat jika diperlukan.

Posting Komentar untuk "Fenomena Déjà Vu dan Penyebabnya"